Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Makhluk dengan Ratusan Mata Berlensa

Gambar
Makhluk laut ini memiliki ratusan mata, bahkan berlensa pula. Lebih mengherankan lagi, lensanya itu bukan terbentuk dari protein sebagaimana lensa mata umumnya, tetapi terbuat dari batu mineral. Makhluk itu adalah jenis moluska laut yang disebut Kiton atau Chiton ( Acanthopleura granulata ). Kiton memiliki ratusan mata itu dalam lempeng cangkangnya, masing-masing memiliki lensa, retina, & lapisan pigmen. Lensanya tidak terbuat dari protein, melainkan aragonit, yaitu batu mineral dari molekul kalsium & karbonat dalam air laut. Lensa batunya itu bisa terkikis, tetapi kiton akan membuat yang baru. Idealnya lensa mata adalah kristalin bening yang terbuat dari protein, bukan batu mineral yang buram. Evolusi tidak selalu "cerdas" seperti harapan & dugaan kita. Kepustakaan: National Geographic Indonesia (2016). (photo credits: Speiser Lab of Evolutionary Physiology, University of  South Carolina)

Helikopter Tanpa Baling-baling Ekor

Gambar
Tanya: Mengapa helikopter dengan dua baling-baling horisontal ini tidak memiliki ekor yang berbaling-baling vertikal seperti pada helikopter sederhana dengan satu baling-baling horisontal? Jawab: Baling-baling ekor pada helikopter sederhana, bertujuan untuk mencegah badan helikopter terpuntir akibat efek hukum ketiga Newton. Bunyi hukum ketiga Newton: "Suatu aksi akan menimbulkan reaksi yang sama besarnya tetapi dalam arah yang berlawanan". Ketika helikopter beraksi memutar baling-baling utamanya (horisontal), maka saat yang sama baling-baling utama itu juga bereaksi memuntir badan helikopter dalam arah putaran yang berlawanan. Nah, baling-baling kecil di ekor itu, bertujuan untuk mengimbangi atau mengendalikan efek puntiran itu. Pada helikopter dengan dua baling-baling utama horisontal, ekor berbaling-baling vertikal tidak diperlukan lagi. Sebab, dua baling-baling utama horisontal itu saling berputar dalam arah yang berlawanan, sehingga sudah saling mengimbangi atau saling

Ubur-ubur dengan 24 Mata

Gambar
Ubur-ubur kotak ( Tripedalia cystophora ) ini ukurannya sangat kecil. Lebar maksimumnya sekitar 1 cm (10 mm), tetapi memiliki 24 mata yang terkelompok dalam empat rhopalium. Masing-masing rhopalium terdiri dari 6 mata. Ubur-ubur kotak itu tak memiliki otak untuk menerjemahkan data indra, namun bereaksi terhadap citra resolusi rendah sederhana. Di tiap rhopalium, empat dari enam mata itu adalah mata sederhana yang berfungsi sebagai sensor cahaya, guna menghindari rintangan. Dua mata yang lain adalah mata berlensa yang bisa memfokuskan cahaya sehingga melihat bayangan lebih jelas. Uniknya, pemberat mengambang dari kristal statolith, selalu menjaga agar mata berlensa itu selalu mengarah ke atas, mencari bayangan pohon bakau (mangrove), tempat adanya makanan & naungan. Kita mengira bahwa dua mata saja sudah cukup memadai & efisien, apa lagi untuk makhluk air berukuran kecil seperti ubur-ubur kotak itu. Seleksi alam kadang-kadang meloloskan hasil evolusi berupa makhluk yang tampa

Meloncat Vertikal, Kembali ke Pijakan Awal

Gambar
Tanya: Jika muka bumi memang bergerak berotasi dari Barat ke Timur, mengapa ketika saya meloncat vertikal ke atas, tetap jatuh kembali ke posisi pijakan awal? Mengapa saya tidak terhempas atau bergeser ke arah Barat? Jawab: Cobalah kamu meloncat vertikal di dalam bus besar yang sedang melaju kencang dengan kecepatan tetap di jalan tol. Kamu tetap akan mendarat di posisi pijakan semula di lantai bus. Kamu tidak akan bergeser atau terhempas ke arah belakang bus. Walau kamu merasa bergerak vertikal terhadap lantai bus, tetapi terhadap jalan tol kamu juga bergerak ke depan bersama gerak bus. Seorang pengamat yang berdiri di tepi jalan tol, akan melihat gerakan loncatan kamu sebagai gerak parabola terhadap jalan tol. Sementara itu semua penumpang di dalam bus tetap melihat loncatan kamu sebagai gerak vertikal terhadap lantai bus. Cobalah juga, melepaskan sebuah bola di dalam bus  yang melaju kencang itu. Bola tetap jatuh lurus vertikal terhadap lantai bus. Bola tidak akan terhempas ke bela

Helikopter Diam di Udara, Daratan Bergerak?

Gambar
Tanya: Jika bumi memang bergerak berputar pada sumbunya (berotasi), bukankah helikopter bisa tetap diam di udara sementara daratan di bawahnya bergerak? Tidakkah penumpang helikopter bisa mengamati ke bawah, bahwa kotanya berganti dengan kota lain dengan cepat, bahkan berganti negara. Tetapi hal itu tidak terjadi, mengapa? Jawab: Saat di udara, helikopter sebenarnya sedang "bertumpu" di udara melalui putaran baling-balingnya. Udara adalah bagian dari atmosfir luas yang melekat ke muka bumi karena pengaruh tarikan gravitasi. Atmosfir bumi ikut berputar bersama gerak rotasi bumi. Sebab itu, helikopter yang sedang bertumpu di udara pun tetap ikut bergerak bersama gerak rotasi bumi. Jika atmosfir tidak ikut berputar bersama bumi, maka muka bumi akan selalu dihantam angin universal dengan kecepatan sampai maksimum 1670 km/jam di daerah khatulistiwa, melebihi kecepatan rambat suara. Kecepatan angin seperti itu akan meruntuhkan gunung.

Lamban tetapi Bertahan, Malas tetapi Menyintas

Gambar
Bagaimana bisa hewan sloth yang lamban ini bisa lolos seleksi alam? Tampak malas & tak berdaya, bukankah ia mudah dimangsa oleh predator? Gerakannya yang serba lambat tampak tidak cocok dengan ukuran tubuhnya. Sloth jenis berjari dua, panjangnya sekitar 58-70 cm & beratnya 4-8 kg. Hewan mamalia ini juga tak punya senjata yang cukup berarti, kecuali cakarnya yang lebih berfungsi untuk merayap & bergelantungan di dahan pohon. Makanannya terutama adalah buah-buahan, kulit pohon, zat tanaman lainnya. Gerakannya yang lamban adalah adaptasi untuk menghemat energi, & bersesuaian pula dengan sistem pencernaan & metabolismenya. Habitat asli sloth ada di hutan tropis Amerika selatan & tengah. Komposisi ekologi di habitat aslinya membuat sloth bisa menyintas (survive). Sloth sangat sedikit memiliki hewan pemangsa (predator). Karena banyak menghabiskan waktunya bergelantung di dahan pohon yang tinggi, ia sulit untuk dimangsa. Gerakan sloth yang serba lambat juga tidak muda