Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Irreducible Complexity

Gambar
Istilah "Irreducible complexity" (kompleksitas yang tak tereduksi) atau "kepelikan yang tak bisa dikurang-kurangi" dipopulerkan oleh Michael Behe & kaum anti teori Darwin. Mereka menganggap, bahwa kompleksitas, kepelikan, atau kecanggihan pada suatu makhluk hidup, tidak mungkin hasil dari proses evolusi. Jika salah satu komponen penyusun kompleksitas pada makhluk itu dikurangi, maka makhluk itu gagal berfungsi. Jadi, kompleksitas itu haruslah berbentuk seperti sekarang ini supaya bisa berfungsi.  Michael Behe, biologiwan yang anti teori Darwin, yang juga salah satu pendiri Intelligent Design movement (gerakan Rancang Cerdas), menjelaskan arti "irreducible complexity": "By irreducibly complex I mean a single system composed of several well-matched, interacting parts that contribute to the basic function, wherein the removal of any one of the parts causes the system to effectively cease functioning." (Michael Behe 1996). Cara berpikir di atas

Ikan Berkepala Transparan

Gambar
Ikan berkepala transparan ini hidup sekitar 600-800 meter di kedalaman laut dengan tekanan hidrostatik yang besar. Apa yang Anda lihat sebagai mata, sebenarnya adalah lubang hidung. Matanya terletak di dalam kepalanya yang tembus pandang itu. Tampak matanya sebagai tabung dengan bulatan lensa hijau. Ikan Macropinna microstoma itu disebut sebagai ikan "mata tong" atau ikan "tong" oleh majalah National Geographic Indonesia. Sepintas mata ikan tong itu hanya bisa melihat ke atas. Para biologiwan pun semula mengira begitu, tetapi kemudian diketahui bahwa mata ikan tong dapat bergerak. Pada posisi menghadap atas, ikan itu mengawasi gerakan mangsanya, misalnya krill (udang kecil halus) yang sedang bergerak turun. Kemudian, matanya bisa bergerak menghadap ke arah depan untuk menuntun ikan itu melahap mangsanya. Ikan dengan mata yang ada di dalam kepala yang transparan itu, menunjukkan bahwa evolusi sering menghasilkan berbagai variasi yang tidak terduga. Entah spesies

Evolusi Kerangka Manusia

Gambar
Data tahun 2014 dari Scientific American tentang evolusi kerangka manusia. Berdasarkan kajian lintas ilmu. Kemunculan ciri-ciri pada fosil leluhur manusia dalam urutan waktu: 💀 Gigi taring kecil (small canine teeth), 7 juta tahun yang lalu (jtl). 💀 Lubang masuk saraf tulang belakang ke tengkorak, maju ke depan (forwardly placed opening for spinal cord), 7 jtl. Adaptasi untuk mulai berjalan tegak. 💀 Sendi lutut kuat, 4,1 jtl. Adaptasi untuk berjalan tegak. 💀 Telapak kaki melengkung (arched foot), 3,7 jtl. Adaptasi untuk berjalan & berlari jarak jauh. 💀 Jari kaki pendek, 3,7 jtl. Adaptasi untuk berjalan & berlari dengan dua kaki. 💀 Tulang panggul pendek & lebar (short, broad pelvis), 3,2 jtl. Adaptasi untuk berjalan tegak. 💀 Jempol panjang, 3,2 jtl. Adaptasi untuk membuat & menggunakan alat. 💀 Bahu rendah, 2 jtl. Adaptasi untuk membuat & menggunakan alat. 💀 Tulang lengan atas terpelintir (twisted humerus), 2 jtl. Adaptasi untuk membuat & menggu

Serangga yang Diprediksi Darwin dan Wallace

Gambar
Melihat anatomi dari bunga anggrek  Angraecum   sesquipedale , Charles Darwin, penulis  The Origin of Species  itu kagum & bertanya, apakah ada serangga yang bisa mengambil nektar dengan masuk ke dalam tabung panjang & sempit yang terjulur keluar dari bunga itu? Bagaimana anggrek itu bisa berkembang biak tanpa serangga yang membantu penyerbukan (pollination)? Charles Darwin (1809-1882), sang penggagas teori evolusi & seleksi alam itu, memprediksi (1862) bahwa serangga itu memiliki sungut (proboscis) sangat panjang untuk bisa mengambil nektar dari bunga anggrek itu.  Sebenarnya, serangga itu sudah ditemukan orang lain, tetapi keterkaitannya dengan bunga  Angraecum   sesquipedale   itu belum disadari & teramati langsung. 21 tahun setelah Darwin meninggal, serangga penyerbuk bunga  Angraecum   sesquipedale   yang diramalkan Darwin   itu diketahui. Serangga itu memiliki sungut (proboscis) yang sangat panjang untuk bisa mengambil nektar dari anggrek itu. Serangga itu diber

Laba-laba Mirip Semut

Gambar
Laba-laba pelompat Myrmarachne jantan ini bertubuh mirip semut, tetapi bermulut panjang untuk ritual perkawinan. Betinanya lebih mirip lagi dengan semut, karena bermulut pendek. Tentu jumlah kaki laba-laba itu tetap delapan seperti laba-laba pada umumnya. Apa keuntungan laba-laba Myrmarachne itu ber-evolusi menyerupai semut? Konon untuk menimbulkan antipati dari banyak predator terhadap serangga sosial yang agresif, punya senjata berbahaya, dan mendominasi ekologi itu. Tetapi, laba-laba Myrmarachne jantan yang bermulut panjang itu masih tampak setengah jadi untuk mirip seperti semut. Proses evolusi membuahkan sebuah kompromi: laba-laba betinanya tampil layaknya semut biasa, sedangkan yang jantan tampil mirip dengan semut pekerja yang sedang membawa beban atau makanan di mulutnya. Walau begitu, laba-laba jantan itu masih belum aman. Ia justru cenderung menjadi mangsa dari predator pengincar semut pekerja, semut yang paling tak berdaya untuk melawan. Para biologiwan tertarik dengan

Seni Mengorbankan Anggota Tubuh

Gambar
Serangga ini tampak aneh. Pada kakinya yang kurus itu tampak menempel sesuatu yang tampak mencolok. Sebutan populer untuk serangga itu adalah tungau berkaki bendera (flag-footed bug), nama ilmiahnya adalah Anisocelis flavolineata . Untuk apa evolusi menghasilkan kaki dengan bendera mencolok seperti itu? Anggota tubuh yang mencolok pada hewan biasanya untuk memikat pasangan atau memancing mangsanya, tetapi seleksi alam telah menjadikan bendera pada kaki serangga itu sebagai pengalih perhatian hewan pemangsanya (misal burung). Ya, bendera merah itu adalah upaya serangga mengalihkan gigitan pemangsa agar mengenai kaki yang tidak terlalu penting, bukan bagian tubuh yang vital. Evolusi & seleksi alam membuat kita terkejut & kagum pada seni mengorbankan bagian tubuh. Ekor cicak adalah contoh paling kita kenal dari seni itu. Betapa beragamnya seni & variasi makhluk hidup di alam. "Endless forms most beautiful" ("beragam bentuk tiada akhir, cantik nian"), dem

Parasit Pemfitnah Semut

Gambar
Parasit jenis nematoda ini, jika termakan oleh semut Cephalotes atratus , akan membuat bokong semut inangnya itu menjadi merah mencolok. Dengan cara itu, si parasit memfitnah inangnya supaya dimakan oleh burung. Burung akan tertipu, menyangka bokong si semut adalah biji atau buah merah ranum yang menggiurkan untuk disantap. Sejumlah telur nematoda yang ada di tubuh si semut akan tertelan oleh burung pemangsa. Burung itu pun akan menyebarkan telur-telur nematoda  itu lewat kotorannya yang akan dimakan oleh semut lain. Siklus hidup parasit nematoda itu pun berlanjut terus. Evolusi sering menghasilkan sesuatu yang tidak terduga. Kasus di atas adalah penyerupaan (mimikri) yang merugikan bagi si inang, tetapi menguntungkan bagi si parasit. Lho, bukankah semut yang bokongnya memerah itu kelak bisa tersingkir oleh seleksi alam? Ya, bisa jadi demikian. Atau, semut itu akan ber-evolusi menghasilkan spesies yang tak bisa lagi difitnah oleh parasitnya. Entahlah. Spesies hasil evolusi tidak bisa

Semut Pemalsu Identitas

Gambar
Salut untuk para biologiwan yang tak mudah tertipu oleh semut pemalsu identitas ini. Semut Hyalymenus nymph tampilan & tingkahnya meniru semut lain, yaitu semut Ectat omma sp . pemakan getah. Semut Ectatomma itu mengeluarkan toksin & duri, sehingga hewan pemangsa yang telah belajar, akan enggan untuk menyantapnya. Tetapi , semut Hyalimenus , bentuk & tingkahnya mirip semut Ectatomma , sehingga juga berpeluang lebih besar untuk terhindar disantap oleh hewan pemangsa. Hewan pemangsa akan tertipu, menyangkanya beracun juga. Semut pemalsu identitas itu pun kadang-kadang berdekatan dengan semut yang ditirunya. Perhatikan foto di bawah ini. Semut peniru ada di sebelah paling kanan, sedangkan semut yang ditirunya ada dua ekor di sebelah kiri. Semut Hyalimenus nymph itu mencoba berbaur dengan semut Ecta tomma . Tetapi, jika semut Ectatomma itu menemukan penirunya berada di antara kelompoknya, maka si peniru itu bakal diserang. Peniruan (mimikri) adalah contoh mengagum

Bunga Anggrek Penipu

Gambar
Charles Darwin, bapak biologi modern, terpesona oleh cara penyerbukan bunga anggrek (orchids) di alam liar. Bahkan, beliau menulis buku khusus tentang bunga anggrek, The Various Contrivances by which Orchids are Fertilised by Insects (1882). Darwin dibuat bingung oleh bentuk anggrek Ophrys yang mirip lebah. Umumnya, bunga menghasilkan nektar (bahan baku madu) untuk memancing lebah datang. Bunga pun memperoleh keuntungan karena lebah membantu perkembangbiakannya, melalui proses penyerbukan. Tetapi, tidak demikian bagi beberapa jenis bunga anggrek. Ketimbang menghasilkan nektar dengan ongkos yang mahal, anggrek-anggrek itu menipu lebah dengan strategi yang cerdik. Salah satu contoh adalah bunga anggrek jenis Ophrys speculum di kepulauan Sardinia (Italia). Anggrek itu ber-evolusi dengan meniru tampilan & bau dari lebah betina untuk menipu lebah jantan. Dilihat dari dekat, bibir bawah (labellum) dari anggrek itu mirip seekor lebah betina yang dilihat dari belakang. Bahkan anggrek it

Garis Wallace: Bukti Evolusi di Bumi Nusantara

Gambar
Sambil menjelajah alam Nusantara, Alfred Russel Wallace menemukan teori evolusi secara independen terhadap Darwin, bahkan sebelum The Origin of Species terbit tahun 1859. Makalah singkat Wallace, "On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type", dikirimnya ke Charles Darwin. Wallace terkenal di Indonesia karena garis imajinernya yang membelah Nusantara menjadi dua bagian daerah geografis keanekaragaman satwa. Dikenal sebagai garis Wallace (Wallace Line). Istilah itu diciptakan oleh T.H. Huxley, biologiwan pembela teori Darwin di Inggris. Bagaimana Wallace sampai pada kesimpulan adanya garis imajiner itu? Wallace cermat mengamati keanekaragaman hayati Nusantara. Beliau heran, mengapa satwa asli pulau Bali tidak dijumpai di pulau Lombok, padahal kedua pulau itu berdekatan, & sebaliknya juga begitu. Demikan pula dengan satwa asli di pulau Kalimantan, tidak dijumpai spesies yang sama atau kerabat dekatnya di pulau Sulawesi, padahal kedua pula