Garis Wallace: Bukti Evolusi di Bumi Nusantara

Sambil menjelajah alam Nusantara, Alfred Russel Wallace menemukan teori evolusi secara independen terhadap Darwin, bahkan sebelum The Origin of Species terbit tahun 1859. Makalah singkat Wallace, "On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type", dikirimnya ke Charles Darwin. Wallace terkenal di Indonesia karena garis imajinernya yang membelah Nusantara menjadi dua bagian daerah geografis keanekaragaman satwa. Dikenal sebagai garis Wallace (Wallace Line). Istilah itu diciptakan oleh T.H. Huxley, biologiwan pembela teori Darwin di Inggris.

Bagaimana Wallace sampai pada kesimpulan adanya garis imajiner itu?
Wallace cermat mengamati keanekaragaman hayati Nusantara.
Beliau heran, mengapa satwa asli pulau Bali tidak dijumpai di pulau Lombok, padahal kedua pulau itu berdekatan, & sebaliknya juga begitu. Demikan pula dengan satwa asli di pulau Kalimantan, tidak dijumpai spesies yang sama atau kerabat dekatnya di pulau Sulawesi, padahal kedua pulau itu bersebelahan.

Berbeda dengan fenomena di atas, misal, kanguru di Australia masih memiliki kerabat di Papua, yaitu kanguru pohon & walabi. Kuskus berbeda jenis masih dijumpai di Sulawesi & NTT.  Burung kakaktua ada di pulau Sumbawa & kepulauan Aru, walau beda jenisnya. Contoh lain, harimau selain dijumpai di Sumatra, juga di Jawa, bahkan di bagian lain di benua Asia. Di Kalimantan & Sumatra, ada orangutan. Badak, ada di Sumatra & Jawa. Siamang ada di Sumatra & bagian lain di daratan Asia.

Wallace berkesimpulan bahwa seolah-olah ada garis imajiner yang tak bisa dilintasi oleh para leluhur satwa Nusantara itu. Wallace yakin bahwa pernah ada peristiwa besar yang terjadi di permukaan bumi. Yang dimaksudkan oleh Wallace adalah: tidak begitu saja Tuhan menempatkan spesies di tempat kita menemukannya. Sejarah, evolusi, sebaran ekologis, & perubahan geologis, yang menempatkannya.

Geologi menjelaskan fenomena garis Wallace itu. Saat bumi mengalami zaman es, muka air laut turun sampai lebih dari 110 m. Sebagian air laut "tersedot" menjadi benua es di sebagian bumi belahan Utara & Selatan. Dasar laut dangkal menjadi tersingkap, sehingga pulau Sumatra, Jawa, &  Kalimantan menjadi satu daratan dengan benua Asia. Benua Australia menjadi satu daratan  dengan Papua. Sedangkan Sulawesi, Nusa Tenggara, & Maluku adalah zona transisi yang cenderung terisolasi dari Asia & Australia oleh laut dalam. Zona transisi itu disebut zona Wallacea.

Tetapi, laut di sepanjang garis Wallace umumnya adalah laut dalam, yang tetap menjadi lautan air yang tak terseberangi oleh hewan darat & sebagian burung. Sementara itu, terjadilah migrasi hewan darat melalui dasar laut yang telah tersingkap & mengering itu. Nah, ketika bumi menghangat kembali, maka air laut naik kembali mengisi ceruk-ceruk yang tadinya sempat menjadi daratan. Akhirnya, banyak hewan terperangkap di pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Papua, dan lainnya, lalu ber-evolusi sendiri lepas dari leluhurnya yang ada di daratan lain.

Kepustakaan:

Stanley A. Rice, Encyclopedia of Evolution (Facts in File Inc., 2007).

National Geographic Indonesia, Desember 2008.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paus, Evolusi dari Ikan atau Mamalia Darat?

Gerobak Bakso Mendorong Pedagangnya

Mengapa Sudut Bukan Besaran Pokok?