Primata yang Kehilangan Bulu

Manusia adalah primata yang berangsur kehilangan bulu. Apa & bagaimana keuntungan tanpa bulu itu dilihat dari perspektif evolusi?

Manusia berasal dari makhluk leluhur berbulu yang semula hidup di hutan berpohon rimbun, jutaan tahun yang lampau. Mereka makan buah, & produk tumbuhan. Ketika bumi berangsur memasuki fase pendinginan global, terjadi kekeringan di habitat leluhur manusia di Afrika. Curah hujan, sumber makanan, dan sumber air segar berkurang. Hutan yang rimbun berangsur menjadi padang rumput & belukar.

Para leluhur manusia berangsur terdesak untuk berjalan jauh & lama untuk mendapatkan sumber air & makanan. Mereka pun harus berlari-lari mengintai & memburu hewan yang akan menjadi santapannya, padahal leluhur manusia itu tidak bisa cepat berlari. Berjalan atau berlari untuk jarak jauh & lama berakibat suhu tubuh meningkat. Hal itu berbahaya bagi organ dalam tubuh. Leluhur manusia yang ber-evolusi dengan sedikit bulu akan unggul & menyintas (survive), karena proses pendinginan tubuh menjadi lebih cepat & lancar. Bulu bersifat insulator, mengurung panas. Banyaknya bulu menghambat proses penguapan keringat, padahal pendinginan tubuh terjadi melalui penguapan keringat.

Mamalia memiliki tiga macam kelenjar keringat, yaitu sebaceous, apocrine, & eccrine. Semakin banyak bulu, maka sebaceous & apoccrine semakin banyak. Dua kelenjar itu menghasilkan keringat yang agak berminyak (oily sweat), sehingga kemampuannya untuk pendinginan menjadi terbatas. Manusia dengan sedikit bulu, memiliki lebih banyak eccrine yang menghasilkan keringat air (watery sweat) yang mudah menguap, sehingga proses pendinginannya lebih baik.

Jika dengan sedikit bulu itu bermanfaat untuk beradaptasi & menyintas, maka individu dengan sedikit bulu akan berpeluang hidup lebih lama & berkembang biak. Maka dalam setiap generasi selanjutnya, gen-gen penyebab sedikit bulu akan diteruskan ke generasi berikutnya. Lama-kelamaan akan semakin banyak individu berbulu sedikit dalam populasi leluhur manusia.


Kepustakaan:

Richard Dawkins, The Magic of Reality (Kepustakaan Populer Gramedia, 2015).

Nina G. Jablonski, "The Naked Truth" (Scientific American, February 2010).

Douglas Palmer & Peter Barret, Evolution: the story of life (Mitchell Beazley, 2009).

Stanley A. Rice, Encyclopedia of Evolution (Facts on File Inc., 2007).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paus, Evolusi dari Ikan atau Mamalia Darat?

Mengapa Sudut Bukan Besaran Pokok?

Gerobak Bakso Mendorong Pedagangnya